Skip to main content

GENDANG BELEQ MUSIK PENYEMANGAT DARI GUMI SASAK LOMBOK




Halo sahabat ragam budaya, kali ini kita akan membahas tentang kesenian asli lombok yaitu Gendang Beleq. Pasti sebagian dari kita sudah tau apa itu gendang beleq apalagi sekarang lombok sedang menjadi salah satu objek wisata halal di indonesia. Gendang Beleq adalah sebuah kesenian musik tradisional yang dimainkan dengan cara berkelompok memakai beberapa macam alat musik dan gendang yang berukuran besar sebagai alat musik utamanya.

 Gendang Beleq sendiri memiliki arti (Gendang : Alat Tabuh Besar) (Beleq : Artinya Besar) Sehingga diartikan sebagai alat tabuh atau gendang besar yang saat ini sering kita temukan sebagai alat kesenian daerah Gumi Sasak yang digunakan saat perayaan Pernikahan, Sunatan hingga acara special event lainnya.

Pada awalnya kesenian Gendang Beleq digunakan untuk alat musik pengiring dan juga penyemangat bagi para prajurit pada saat akan berjuang ke medan perang. Suara yang dihasilkan pada Gendang Beleq ini dipercaya dapat membuat para prajurit lebih percaya diri dan juga lebih berani dalam bertempur membela kerajaan mereka.

Namun dengan seiring berjalannya waktu kegunaan Gendang Beleq yang awalnya digunakan untuk penyemangat perang sekarang tetap digunakan untuk kegiatan-kegiatan sakral masyarakat Gumi sasak. Gendang Beleq sekarang banyak digunakan untuk musik pengiring sebuah acara adat, kesenian, budaya maupun hiburan rakyat. Dengan menambahkan beberapa alat musik tradisional sebagai musik tambahannya. 

Gendang Beleq juga digunakan untuk mengiringi acara pernikahan yang dilaksanakan di lombok, acara pernikahan itu disebut nyongkolan dalam nyongkolan Gendang beleq adalah alat musik wajib yang digunakan selain untuk memeriahkan acara tersebut juga untuk melestarikan Gendang Beleq sebagai salah satu alat musik asli lombok.

Namun walaupun telah mengalami banyak perubahan baik dalam kegunaan ataupun  terdapat alat musik tambahan yang digunakan Gendang Beleq tetap menjadi alat musik yang disakralkan didalam masyarakat lombok. Kesenian ini akan tetap hidup didalam kehidupan masyarakat lombok.

Eksistensi Gendang Beleq akan tetap dilestarikan di Gumi Sasak walaupun terkadang kalah bersaing dengan alat musik modern yang sudah semakin berkemabang pesat. Pemerintah lombok sedang giat mempromosikan budaya dan kesenian dari lombok agar tetap bisa lestari di zaman yang semakin berkembang.

Comments

Popular posts from this blog

Tradisi maling suku sasak, legalkah?

Maling, di dalam indonesia kata maling ini tentunya bermakna negatif, buruk, dan tidak baik. Karena arti maling ini sendiri adalah merampas/mengambil milik orang lain. Namun berbeda dengan di lombok, terutama oleh suku sasak, maling dilegalkan oleh suku sasak. Kok bisa ya? Ok,  di sini akan saya jelaskan maksud dari maling ini, jadi di suku sasak ada sebuah tradisi pernikahan yang unik yang biasa disebut dengan maling/memaling. Tradisi ini merupakan salah satu prosesi di dalam pernikahan yang dilakukan oleh suku sasak. Ya seperti namanya, maling/mencuri, di sini akan ada sebuah aksi pencurian, namun yang dicuri bukanlah barang berharga atau benda mati lainnya, namun yang dicuri disini adalah wanita/perempuan/mempelai wanita yang akan disunting. Oleh masyarakat sasak, sebelum melakukan pernikahan biasanya mempelai pria akan memaling mempelai wanita dari keluarganya, sesuai dengan namanya,  memaling, hal ini dilakukan secara diam-diam dan sudah direncanakan oleh pria dan wanita y

EKSISTENSI WETU TELU DI LOMBOK

Halo, sahabat ragam budaya kali ini kita akan membahas budaya yang sangat unik dari indonesia bagian tengah yaitu dari lombok, nusa tenggara barat salah satu budaya unik dari pulau yang dijuluki dengan pulau seribu masjid ini adalah budaya wetu telu. Mungkin sahabat ragam budaya sudah mendengar atau mengetahui apa itu budaya wetu telu, wetu telu adalah praktik unik sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam menjalankan agama Islam . Ditengarai bahwa praktik unik ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap, meninggalkan pulau Lombok sebelum mengajarkan ajaran Islam dengan lengkap. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wetu_Telu) Jika kita mengenal bahwa kegiatan beribadah umat islam biasanya melakukan kegiatan beribadah sebanyak 5 (lima) kali dalam sehari atau yang kita kenal dengan sholat lima waktu tetapi dalam budaya wetu telu ini masyaraka