Skip to main content

Tradisi Sedekah Laut, tradisi yang disyirikan


Selamat datang di blog ragam budaya, ini adalah postingan pertama saya, dan disini saya akan membahas tentang tradisi sedekah laut. Kenapa sedekah laut? Karena baru-baru ini terjadi kasus pembubaran tradisi sedekah laut di pantau baru, bantul, dengan alasan bahwa kegiatan ini termasuk syirik dan menyebabkan allah murka dan mendatangkan bencana untuk umat manusia.

Nah, jadi karena hal tersebut saya kemudian menulis tentang tradisi sedekah laut yang sudah ada sejak jaman dulu. Sebenarnya apa sih sedekah laut itu? Dan kenapa harus sedekah laut?

Jadi sedekah laut ini memang tradisi budaya masyarakat jawa, terutama yg tinggal di daerah pesisir, yang telah diwariskan secara turun-temurun sampai saat ini. Sedekah laut ini biasanya diadakan pada bulan syawal, yaitu seminggu setelah lebaran. Tujuan dari sedekah laut inipun sebagai wujud syukur nelayan atas berkah yang berlimpah berupa hasil laut dan keselamatan dari allah SWT. Mereka yang bersedekah laut masih tetap berdoa kepada tuhan yang maha esa, dalam hal ini ditujukan kepada allah SWT,  bukanlah menyembah laut,  bukan, sekali lagi bukan.

Dalam melakukan kegiatan sedekah laut ini, masyarakat menyiapkan Jolen(sesaji) yang berisi berbagai macam jenis sesaji, mulai dari kepala kambing, aneka jenis buah-buahan,  jajanan pasar, hingga bentuk panganan dan lauk pauk, ada juga sampai mengisikan peralatan dan aksesoris perempuan seperti kain jarit, selendang,  dan sanggul. Semua jenis sesaji ini dikemas dalam jolen tunggul berbentuk rumah jonglo kecil yang dihiasi janur dan aksesoris lainnya. Bersama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, jolen tunggul kemudian didoakan sebelum dilarung ke tengah laut.


Nah selain dari acara utamanya yaitu sedekah laut, ada beberapa kegiatan seni dan budaya yang dilakukan sebagai bagian dari prosesi sedekah laut, yaitu pagelaran wayang kulit, rebana modern dengan tari zippin pesisiran, pasar malam tradisional, seni barongan dan kuda lumping.  Selain itu ada perlombaan-perlombaan yang diadakan untuk memeriahkan acara sedekah laut, yaitu lomba perahu hias, menangkap itik, panjat pinang, dan lomba memancing.
Acara ini diisikan oleh berbagai macam kegiatan seni dan budaya yang sudah ada sejak jaman dahulu.

Dengan diadakannya sedekah laut ini,  ada beberapa hal positif yang bisa di dapatkan oleh masyarakat sekitar, yaitu :
1. Melestarikan seni dan budaya indonesia
2. Adanya kegiatan gotong royong yang dilakukan masyarakat
3. Terdapat nilai silaturahmi, dan ajang untuk saling mengenal.
4. Meningkatkan rasa gembira dan rasa bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya.
5. Memberikan semangat hidup kepada mereka yang sehari-harinya melaut dengan penuh resiko.

Nah jadi seperti itu loo tradisi sedekah laut yang sudah berjalan sejak lama. Jadi jangan asal mensyirikan budaya yang sudah ada, karena ada nilai luhur yang terkandung pada setiap budaya kita, dan pada akhirnya kita berdoa kepada tuhan yang sama.
Terimakasih sudah mampir di blog ragam budaya.

Comments

Popular posts from this blog

GENDANG BELEQ MUSIK PENYEMANGAT DARI GUMI SASAK LOMBOK

Halo sahabat ragam budaya, kali ini kita akan membahas tentang kesenian asli lombok yaitu Gendang Beleq. Pasti sebagian dari kita sudah tau apa itu gendang beleq apalagi sekarang lombok sedang menjadi salah satu objek wisata halal di indonesia. Gendang Beleq adalah sebuah kesenian musik tradisional yang dimainkan dengan cara berkelompok memakai beberapa macam alat musik dan gendang yang berukuran besar sebagai alat musik utamanya.   Gendang Beleq sendiri memiliki arti (Gendang : Alat Tabuh Besar ) (Beleq : Artinya Besar) Sehingga diartikan sebagai alat tabuh atau gendang besar yang saat ini sering kita temukan sebagai alat kesenian daerah Gumi Sasak yang digunakan saat perayaan Pernikahan, Sunatan hingga acara special event lainnya. Pada awalnya kesenian Gendang Beleq digunakan untuk alat musik pengiring dan juga penyemangat bagi para prajurit pada saat akan berjuang ke medan perang. Suara yang dihasilkan pada Gendang Beleq ini dipercaya dapat membuat para praj...

Tradisi maling suku sasak, legalkah?

Maling, di dalam indonesia kata maling ini tentunya bermakna negatif, buruk, dan tidak baik. Karena arti maling ini sendiri adalah merampas/mengambil milik orang lain. Namun berbeda dengan di lombok, terutama oleh suku sasak, maling dilegalkan oleh suku sasak. Kok bisa ya? Ok,  di sini akan saya jelaskan maksud dari maling ini, jadi di suku sasak ada sebuah tradisi pernikahan yang unik yang biasa disebut dengan maling/memaling. Tradisi ini merupakan salah satu prosesi di dalam pernikahan yang dilakukan oleh suku sasak. Ya seperti namanya, maling/mencuri, di sini akan ada sebuah aksi pencurian, namun yang dicuri bukanlah barang berharga atau benda mati lainnya, namun yang dicuri disini adalah wanita/perempuan/mempelai wanita yang akan disunting. Oleh masyarakat sasak, sebelum melakukan pernikahan biasanya mempelai pria akan memaling mempelai wanita dari keluarganya, sesuai dengan namanya,  memaling, hal ini dilakukan secara diam-diam dan sudah direncanakan oleh pria dan...

EKSISTENSI WETU TELU DI LOMBOK

Halo, sahabat ragam budaya kali ini kita akan membahas budaya yang sangat unik dari indonesia bagian tengah yaitu dari lombok, nusa tenggara barat salah satu budaya unik dari pulau yang dijuluki dengan pulau seribu masjid ini adalah budaya wetu telu. Mungkin sahabat ragam budaya sudah mendengar atau mengetahui apa itu budaya wetu telu, wetu telu adalah praktik unik sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam menjalankan agama Islam . Ditengarai bahwa praktik unik ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap, meninggalkan pulau Lombok sebelum mengajarkan ajaran Islam dengan lengkap. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wetu_Telu) Jika kita mengenal bahwa kegiatan beribadah umat islam biasanya melakukan kegiatan beribadah sebanyak 5 (lima) kali dalam sehari atau yang kita kenal dengan sholat lima waktu tetapi dalam budaya wetu telu ini masyaraka...